✔ Bagaimana Pendidik (Sekarang) Mau Berkembang Jikalau Sambil Mikir Besok Mau Makan Apa?

WWW.INFOKEMENDIKBUD.ONLINEEngkau sebagai pelita dalam kegelapan, Engkau laksana embun penyejuk dalam kehausan, Engkau patriot satria bangsa, tanpa tanda jasa....

Masih hapal lirik lagu Pahlawan Tanpa Tanda Jasa di atas? Lagu untuk para guru dan pendidik. Lirik lagu itu memperlihatkan betapa mulia profesi guru. “Pendidik ialah tumpuan bagi peserta didiknya," kata CEO & Founder Elite Tutors Indonesia, Sumarsono.

Guru, lanjut Sumarsono, tidak hanya bertanggung jawab atas penyampaian bahan tetapi juga berperan sebagai panutan. Namun, tak sanggup dimungkiri guru juga insan biasa yang mempunyai banyak kebutuhan hidup untuk dipenuhi. Sayangnya, keluhan soal kesejahteraan para guru masih terus saja bergaung. 

misalnya, persoalan ini menjadi jadwal Konferensi Kerja Nasional III Persatuan Guru Republik Indonesia.Keluhan yang mencuat antara lain pengucuran pertolongan belum sempurna waktu. Persyaratan penerimaan pertolongan juga dirasa terlalu banyak. Proses kenaikan pangkat pun disebut masih rumit.

Belum lagi soal jabatan fungsional dan kecilnya pendapatan guru honorer. Juga, sejumlah pertolongan khusus disebut belum merata. Padahal, tanggung jawab guru tidak kecil. Rasio guru dan murid juga sering tak seimbang. 


Menurut PP 74/2008 perihal Guru, idealnya satu guru maksimal mengajar 20 siswa. Kenyataannya, satu guru kerap mendidik lebih dari 40 siswa pada satu waktu.

Terlebih lagi, ada tuntutan moral dan adab yang bersahabat menempel pada sosok guru, mulai dari tutur kata hingga perilaku. Untuk itu semua, seorang guru harus terus-menerus mengasah kualitas dan membangun kepribadian. 

“Jadilah guru yang kehadirannya selalu dinanti peserta didik alasannya metode pengajarannya menarik," ujar Sumarsono.

Agar pengajaran efektif, lanjut Sumarsono, guru sebaiknya memastikan pula terlebih dahulu muridnya memang sudah siap mendapatkan bahan pelajaran.  Sumarsono mengaku tidak sependapat bila guru harus menjadi satria tanpa tanda jasa.

Bukan pula berarti guru perlu medali. Namun, kata Sumarsono, guru harus dipastikan hidup sejahtera. Harapannya, kesejahteraan itu akan menciptakan guru terus termotivasi membuatkan diri.

"Semakin berkembang guru, ia akan semakin maksimal mengajar, sehingga anak didik ikut berkembang," ungkap Sumarsono. Menurut Sumarsono, dikala ini pendidikan masih terlalu terpaku pada pengabdian. Seolah-olah, kata dia, mulianya profesi ini menciptakan guru tidak perlu sejahtera. 

"(Namun), saya menekankan, pendidik jangan (lalu) menuntut dibayar mahal, tapi (pendidik yang harus) memantaskan diri,” tegas Sumarsono.

Tentu saja, guru juga harus terus menambah kompetensi semoga pantas dibayar mahal itu. Di dalamnya termasuk mempelajari kasus-kasus yang berkembang di dunia pendidikan dan cara menghadapi belum dewasa tertentu.

Aktivis PMII Pamekasan bersama kota-kota lain di Jawa Timur, menggelar agresi demontrasi menuntut Bupati Pamekasan, memenuhi janjinya untuk meningkatkan kesejahteraan guru.

“Nah, bagaimana pendidik (sekarang) mau berkembang jikalau sambil mikir besok mau makan apa? Pendidikan macam apa yang mau dibangun oleh pendidik yang tidak sejahtera?” tanya Sumarsono.

Berangkat dari pemahaman tersebut, Sumarsono pun memastikan para tutor di lembaganya mendapatkan bayaran pantas dan hidup sejahtera. Dari situ beliau juga memastikan kualitas para pengajar di lembaganya. 

“Guru harus mempunyai dua kualitas utama. Kualitas latar belakang akademik dan kepribadian menarik," tegas dia.

Menurut Sumarsono, peserta didik akan sulit mendapatkan ilmu dari guru yang tidak konsisten dan sikap kesehariannya bertolak belakang dengan ajarannya. Sistem penilaian pun Sumarsono bangun. Hasil dari proses ini dilaporkan pula ke orangtua murid, berbarengan dengan data perkembangan program. "Jadinya, guru pun semangat belajar," ungkap dia.

Satu lagi, gairah atau passion ialah kata penting dalam proses pendidikan. Guru yang punya gairah tinggi mendidik akan otomatis punya tenggang rasa kepada anak didiknya.  Dengan sendirinya, sebut Sumarsono, guru itu berpikir kesuksesan peserta didik ialah kesuksesannya. Sebaliknya juga buat para murid. 

Lagi-lagi, gairah ini tak sanggup dipisahkan dengan kesejahteraan. Sumarsono menganalogikan, gairah tanpa kesejahteraan menyerupai mengendarai kendaraan beroda empat tanpa pengisian kembali bensin. "Tinggal tunggu mogok (kalau begitu)," tegas dia.



Demikian isu dan informasi terkini yang sanggup kami sampaikan. Silahkan like fanspage dan tetap kunjungi situs kami di WWW.INFOKEMENDIKBUD.WEB.ID,  Kami senantiasa memperlihatkan isu dan informasi terupdate dan teraktual yang dilansir dari banyak sekali sumber terpercaya. Terima Kasih atas kunjungan anda semoga informasi yang kami sampaikan ini bermanfaat.

Belum ada Komentar untuk "✔ Bagaimana Pendidik (Sekarang) Mau Berkembang Jikalau Sambil Mikir Besok Mau Makan Apa?"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel