✔ Patut! Nadiem Makarim Patut Didukung, Sebab Gak Tanggung-Tanggung!

WWW.INFOKEMENDIKBUD.ONLINE _Anggota Komisi X dewan perwakilan rakyat RI, Zainuddin Maliki, mendukung kebijakan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud), Nadiem Makarim, mengevaluasi ujian nasional (UN).

Politisi Partai Amanat Nasional itu menyampaikan selama ini efek (impact) dan laba (benefit) yang didapatkan dari lulusan pendidikan Indonesia banyak yang tidak otentik. Oleh lantaran itu, standarnya perlu dievaluasi.

"Kita banyak melahirkan intelektual tapi apa dampaknya bagi negeri ini? Kita melihat pendidikan itu dari output (banyak sarjana), outcome (nilai bagus), tapi positif benefit dan positif impact-nya nyaris tidak ada," ujar Maliki dalam diskusi meneropong arah pendidikan Indonesia, menanti terobosan Mendikbud di Sekretariat Pengurus Besar HMI Jakarta.

Saat rapat dengar pendapat dengan Menteri Nadiem di ruang rapat Komisi X dewan perwakilan rakyat RI beberapa waktu yang lalu, laki-laki yang pernah menjadi Ketua Dewan Pendidikan Jawa Timur periode 2008-2011 dan 2011-2014 itu juga ikut mengkritisi pendidikan di Indonesia.


"Salah satu sebabnya, pendidikannya tidak melahirkan lulusan otentik, tapi melahirkan lulusan yang seperti saja. Karena itu, maunya ia digeser. UN dulu menguji kemampuan kognitif. Nadiem bermimpi bisa mengevaluasi kompetensi," ujar Maliki.

Menurut Rektor Universitas Muhammadiyah Surabaya periode 2003-2007 dan 2007-2011 ini, hal itu yang menjadi penyebab Nadiem mengganti Ujian Nasional dengan Uji Asesmen Kompetensi Minimum dan Survei Karakter.

Selama ini kemampuan menghapal menjadi primadona untuk UN. Maliki beropini kebijakan UN sangat behaviorisme, artinya sikap seseorang merupakan hasil intervensi dari luar.

"Jika tidak ada intervensi, maka tidak mau bertindak. Sehingga melahirkan manusia-manusia yang perlu diawasi untuk berbuat sesuatu (behavioristik). Di situ saya sepakat dengan Nadiem, UN itu perusak bangsa ini. Kenapa mengajari bangsa ini untuk berbuat kalau ditekan? Tidak ada namanya kesadaran," ujar Maliki.

Wakil Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Jawa Timur itu menambahkan, jikalau dalam pendidikan seharusnya dibuat secara konstruktivistik ialah dengan cara membangun kesadaran melalui pembelajaran sehingga bisa melahirkan manusia-manusia disiplin lantaran mempunyai kesadaran.

Ia menambahkan sistem tersebut menjadikan siswa sebagai subjek, bukan lagi menjadi objek. Jika Mendikbud Nadiem ingin mengevaluasi lulusan pendidikan berdasarkan asesmen kompetensi dan survei abjad maka sistem pendidikan konstruktivisme solusinya.

Namun, berdasarkan Guru Besar Muhammadiyah tersebut, lantaran Nadiem bukan berlatar belakang dari bidang pendidikan, menciptakan pemikirannya tersebut melompat-lompat sehingga alhasil menimbulkan pertanyaan di masyarakat.

"Padahal dalam mengevaluasi itu harus dipersiapkan prosesnya lantaran dalam sebuah sistem, penilaian ada di ujung, sebelumnya ada proses, sebelumnya proses juga ada pembinaan. Tapi ia pede sekali. Dia percaya diri apa yang ditawarkan itu sesuatu yang baru," kata Maliki.

Apalagi di masa disrupsi yang terjadi ketika ini ketika banyak sekali perubahan di sekitar. "Lulus UN terbukti tidak menjamin anak bisa survive di masa disrupsi. Ini sayangnya Nadiem belum bisa menjelaskan tujuan pendidikan dan arah pendidikan menyerupai apa. Dia ingin anak didik menyerupai ia lantaran ia bisa survive di masa 4.0," ujar Maliki.

Sumber : wartaekonomi.co.id

Demikian isu dan informasi terkini yang sanggup kami sampaikan. Silahkan like fanspage dan tetap kunjungi situs kami di WWW.INFOKEMENDIKBUD.ONLINE,  Kami senantiasa menawarkan isu dan informasi terupdate dan teraktual yang dilansir dari banyak sekali sumber terpercaya. Terima Kasih atas kunjungan anda biar informasi yang kami sampaikan ini bermanfaat.

Belum ada Komentar untuk "✔ Patut! Nadiem Makarim Patut Didukung, Sebab Gak Tanggung-Tanggung!"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel